Warisan Stokin Koyak
Teks: Rafeah Wahi
Cerita ini dipetik dari laman FB seorang sahabat. Namun nama pengarang tidak dinyatakan. Saya kongsikan untuk manfaat kita semua. Semoga penulis cerita ini mendapat pahala dan keberkatan. Amin..
Warisan Stokin Koyak
Al-Kisah seorang kaya raya (millionaire), sedang sakit parah..menjelang ajal menjemput dikumpulkanlah anak-anak tercintanya...Beliau berwasiat: Anak-anakku...jika ayah sudah dipanggil yang Maha Kuasa, ada permintaan ayah kepada kalian "tolong di pakaikan stokin kesayangan ayah, walaupun stokin itu sudah koyak, ayah ingin pakai barang kesayangan semasa bekerja di ofis ayah dan minta kenangan stokin itu dipakai bila ayah dikubur nanti. Singkat cerita Akhirnya sang Ayah meninggal dunia. Saat mengurus Jenazah dan saat mengkafani, anak2nya minta ke pak imam untuk memakaikan stokin yg koyak itu sesuai wasiat ayahnya. Akan tetapi pak imam menolaknya: "maaf secara syariat hanya 2 lembar kain putih saja yang di perbolehkan dipakaikan kepada mayat..".
Terjadi diskusi panas antara anak2 yg ingin memakaikan stokin koyak dan pak imam yg juga ustad yg melarangnya. Kerana tidak ada titik temu dipanggilah penasihat keluarga sekaligus peguam. Beliau menyampaikan: "sebelum meninggal bapak menitipkan surat wasiat, ayah kita buka ber-sama2 siapa tahu ada petunjuk.." Maka dibukalah surat wasiat alm millionaire buat anak2nya yg di pesankan kepada peguam tersebut. Ini bunyinya: Anak-anakku pasti sekarang kalian sedang bingung, kerana dilarang memakaikan stokin koyak kepada mayat ayah...lihatlah anak2ku padahal harta ayah banyak, wang berlimpah, beberapa kereta mewah, tanah dan sawah di-mana2, rumah mewah banyak..tetapi tidak ada artinya ketika ayah sudah mati. Bahkan stokin koyak saja tidak boleh dibawa mati. Begitu tidak berartinya dunia, kecuali amal ibadah kita, sedekah kita yg ikhlas. Anak2ku inilah yg ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dgn dunia yg sementara. Salam sayang dari Ayah yang ingin kalian menjadikan dunia sebagai jalan menuju Allah....
Semoga mengingatkan kita...
Salam sayang,
Rafeah Wahi
Comments
Post a Comment